Judul           : Ensiklopedi Syirik & Bidah Jawa Penulis        : Fahmi Suwaidi & Abu Aman Halaman       : 200 Hal (SC) Berat  ...

Ensiklopedi Syirik & Bid'ah Jawa | Fahmi Suwaidi | Aqwam

Ensiklopedi Syirik & Bid'ah Jawa | Fahmi Suwaidi | Aqwam

Ensiklopedi Syirik & Bid'ah Jawa | Fahmi Suwaidi | Aqwam

8 10 99

Judul           : Ensiklopedi Syirik & Bidah Jawa
Penulis        : Fahmi Suwaidi & Abu Aman
Halaman       : 200 Hal (SC)
Berat           : 1523 cm /
penerbit       : AQWAM
Harga           : Rp 48.000

Dulu masyarakat Jawa menganut Hindu dan Budha atau Animisme-Dinamisme, setelah itu Islam datang. Terjadilah akulturasi budaya antara kepercayaan lokal dan Islam. Masyarakat kadang sulit membedakan apakah ini Islam, Hindu, Budha, ataukah Jawa. Dari sinilah muncul produk turunan berupa cara berislam ala orang Jawa (kejawen).

Banyak pertanyaan muncul tentang berabagai tradisi riyual Jawa. Bukan saja dari orang yang awam terhadap Islam, tetapi juga dari para dai, takmir masjid, dan tokoh masyarakat. Intinya, apakah berbagai amalan atau ritual Kejawen itu bagian dari Islam, atau justru bertentangan dengan Islam? Nah, buku ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Hadir sebagai sebuah ensiklopedi mini tentang deskripsi dan bagaimana Islam memandang beragam warisan budaya dan tradisi ritual mengenai:

1. Konsep waktu dan dasar perhitungan jawa, seperti primbon, weton, hari baik dan hari jelek.
2. Tradisi saat bayi dalam kandungan hingga lahir, seperti mitoni/tingkepan, tata cara membuang ari-ari, serta keyakinan tentang sedulur alus.
3. Ramalan watak dan nasib, seperti sengkala, ruwatan, dan sekerta.
4. Ritual kematian, seperti sadranan dan tahlilan.
5. Hal-hal yang terkait dengan prosesi perkawinan, seperti bubakan, cengkir gading, sawatan, suapan, injak telur dan mandi kembang setaman, serta kembar mayang.
6. Ritual perayaan musiman, seperti tirakatan, sesaji kepal kerbau, kirab pusaka, padusan, sekatenan, hingga grebeg sawal dan grebeg besar.

Melalui buku ini kedua penulis ingin menekankan pentingnya memahami ragam budaya di atas dalam upaya memurnikan akidah. Jangan sampai atas nama nguri-uri kabudayan adi luhung atau mempertahankan kearifan lokal jaran islam yang universal justru di langgar. Apalagi fondasi islam adalah tauhid dan ittiba, yang tidak menoleransi syirik dan bidah.